twitter



Waktu itu .. (Kepala mendongak ke atas, mata merem, mencoba mengingat masa lalu, namun "Brukhh!". Tidur)

Sekolah Dasar, jenjang dimana kita masih tengil - tengilnya dan ingus masih merangkak ceria di permukaan pipi (oke, ini bagi yang tangan dan tissuenya penuh cendol mentah). saat itu, saya masih sekolah dasar, kira - kira semester lima. iya, semester lima. saat dimana wajah sudah semester lima namun tubuh masih masih kecil, seperti udel tokek. 

Menjelang perayaan tujuhbelas agustus, di kampungku, berbagai macam lomba memang rutin dilakukan. diantaranya, lomba gerak jalan, karnaval, puisi, tari, pramuka, prabayar, prajabatan, pramenstruasi, dll. Namun sayang, saya salah satu yang ditunjuk mewakili sekolah mengikuti lomba tari. bodyku yang langsing dan pantatku yang semok (ukuran tubuhku yang sekarang, semok loh bagi anak - anak SD yang matanya menderita ambeien), serta tanganku yang lentik (bagi yang kehilangan sekop, tanganku yang lentik bisa jadi pengganti untuk angkut pasir). semua itu menjadi faktor kenapa saya bisa terpilih mengikuti lomba tari.

Resiko mengikuti lomba adalah tiap hari harus ikut latihan menari dengan teman - teman di sekolah. tiap hari latihan menari, membuatku menjadi seseorang yang paling cepat terkena encok di masa - masa ingusanku. kadang aku malah berpikir, masa - masa ingusanku, mungkin berjodoh dengan punggung dan pinggangku yang sering encok waktu itu. sampai pernah terpikir untuk mengoleskan ingus di bagian yang encok untuk menggantikan minyak gosok. bukankah hakikat jodoh memang harus saling mendampingi?

Hingga suatu sore, (Fokus! ini bagian inti! tatap mata anda! eh, tatap mata saya! eh, tatap monitor anda!) saya pulang dari latihan menari di sekolah. jarak antar rumah dan sekolah memang tak bisa dikatakan jauh. saat itu saya berjalan kaki sendirian dengan membawa radio tempo dulu karena radio sekolah memang sedang rusak. jadi saya berbaik hati meminjamkan radio untuk digunakan latihan. (berbaik hati hanya bahasa halus untuk menggantikan "mencari perhatian guru"). 

Saat itu saya berjalan dengan keringat bercucuran yang menghasilkan bau ternak. hingga di suatu rumah panggung, saya memicingkan mata, berusaha mengamati anjing yang memang selalu membuatku berhati - hati  ketika berjalan di depan rumah itu. beberapa langkah di depan rumah itu, anjing itu bangkit dari teparnya dan menatap saya. mungkin ia merasakan ada chemistry diantara kita?. saya menelan ludah. saat itu, ada keinginan untuk langsung berlari. namun saya ingat orang - orang selalu mengatakan begini "Jangan lari deh kalau ada anjing, pasti kamu dikejar". yasudah, saya tetap berjalan seperti biasa, stay cool. namun mata saya tak bisa melepaskan pandangan dari anjing itu. anjingnya semakin mempercepat langkah mendekat. bullsh*t dengan kata - kata orang yang sok tau itu, saya langsung berlari. betisku entah kenapa, langsung mengeras. mungkin sudah bersiap mendapat gigitan. karena yakin, lari anjing pasti lebih cepat dari lariku, tak ada pilihan lain.

"Prakk!"

Suara apakah itu?
a. Suara semut
b. Suara kecepirit
c. Suara auman kelinci
d. a, b, c benar

Tak perlu dijawab, itu suara radioku yang sudah tepar di tanah. karena ketakutan betisku kena gigit, aku langsung melempari anjing itu dengan radio. semua orang yang berada di dekat - dekat situ, langsung berbalik. ada seorang bapak yang sedang mengendarai motor, langsung berhenti melihatku lama. dia yang mungkin kasihan karena kebodohanku, mengusir anjing itu. bapak itu tak langsung pergi,dia memastikan saya telah jauh berjalan meninggalkan rumah kriminal itu. cih! 

kesimpulannya adalah :

Anjing menggonggong, Radio berlalu .. 


1 komentar:

  1. Wakaks, anda lucu sekali :-D... Baru tau blognya kak sri.., sedih liat kakak kemarin closemic dari SUCI4... Tapi cahyo terus ya kak.. Kompor gass

Posting Komentar